Khutbah Iedul Adha 1430 H
Rabu, 06 Mei 2009
KHUTBAH ‘IDUL ADHA 1430 H
UMAT ISLAM HARUS SIAP BERKORBAN
JIKA TIDAK INGIN MENJADI KORBAN
Allahu Akbar 9x, Walillahilhamd
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita.
Di pagi hari yang mulia ini, kita diberi kesempatan untuk menyambut dan merayakan 'Idul Adha 1428 H. Umat Islam di seluruh belahan bumi, tak terkecuali yang ada di negeri ini, juga sedang merayakan hari yang agung ini dengan alunan takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil.
Gema takbir itu pun diperintahkan untuk terus dikumandangkan selama hari tasyrik, tanggal 11, 12 , dan 13 Dzulhijjah.
Allahu Akbar 3x, Walillahilhamd
Sementara itu, jutaan umat Islam yang sedang menunaikan ibadah haji, pada hari ini sedang berkumpul di Mina. Iring-iringan mereka bergerak dengan perlahan, sejak dari Jumratul 'Ula, Jumratul Wustha, hingga Jumratul 'Aqabah.
Mereka yang datang dari berbagai penjuru dunia, dengan beragam suku, bangsa, bahasa, dan warna kulit, bersatu padu dengan langkah yang sama untuk memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Keaneka-ragaman suku, bangsa, bahasa, dan warna kulit itu ternyata tak lagi membedakan mereka, satu sama lain, karena sesungguhnya mereka telah dipersatukan dengan kesatuan aqidah dan hukum yang diturunkan oleh Allah, yang sedang mereka praktikkan dalam manasik haji mereka.
Allahu Akbar 3x, Walillahilhamd
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pada hari Raya 'Idul Adha ini pula jutaan ekor hewan korban disembelih sebagai wujud ketaatan pada perintah Allah Subhanahu wa ta’ala. Perintah untuk mengorbankan harta yang paling kita cintai sekalipun, sebagaimana yang dipraktikkan oleh Nabiyullah Ibrahin ‘Alaihi wa sallam. dengan begitu indah, saat beliau menunaikan perintah Allah untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail ‘Alaihi wa sallam. Sebuah pengorbanan yang luar biasa.
Betapa tidak. Putra yang sudah dinantikan dan didambakan kelahirannya, yang diharapkan kelak menjadi penerus keturunan dan perjuangannya, yang baru tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, tampan, dan menawan, justeru diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala untuk disembelih.
Inilah bentuk pengorbanan yang luar biasa dari diri Nabi Ibrahim ‘Alaihi wa sallam. Juga pengorbanan luar biasa dari diri Nabi Ismail ‘Alaihi wa sallam, yang telah rela menyerahkan jiwa dan raganya untuk mengabdi kepada Allah.
Pengorbanan tersebut, Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah sesungguhnya merupakan kesan dari kecintaan dan ketaatan yang sempurna dari seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, Sang Maha Pencipta, sebagaimana firman Allah:
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu memberikan (mengorbankan) apa yang kamu cintai." (Q.S. Ali Imran [03]: 92)
Kecintaan dan ketaatan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Imam Al-Baidhawi berkata, "Cinta adalah keinginan untuk taat", sementara, al-Zujaj berkata, "Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-nya adalah mentaati keduanya dan redha kepada semua perintah Allah dan ajaran yang dibawa oleh Rasul-Nya."
Lebih lanjut, kecintaan dan ketaatan kepada Allah tidak mungkin boleh diwujudkan tanpa pengorbanan. Jadi, tak ada cinta tanpa ketaatan, dan tak ada ketaatan tanpa pengorbanan.
Pengorbanan yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim ’Alaihi wa sallam dan Ismail ’Alaihi wa sallam, merupakan teladan bagi kita akan wujud kecintaan dan ketaatan yang sesungguhnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Karena itu, jika kaum Muslim ingin mewujudkan kecintaan dan ketaatan yang sebenarnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka perlu siap untuk berkorban. Berkorban dalam hal ini, tentu tidak sekadar menyembelih hewan korban, tapi berkorban dalam arti yang luas. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
"Katakanlah, 'Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (TQS. At-Taubah [9]: 24)
Dalam ayat ini, kita diperintahkan untuk menempatkan kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya di atas kecintaan kepada yang lain. Artinya, di saat Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan sesuatu yang menuntut pengorbanan baik berupa harta, keluarga, maupun perniagaan yang kita cintai, kita perlu siap melakukannya.
Pengorbanan inilah yang akan mendatangkan balasan dari Allah berupa keredhaan, ampunan, pertolongan, kemenangan, dan kemuliaan. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
"Kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang Mukmin” (TQS. Al-Munaafiquun [63]: 8)
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Jika kita nilai sejujurnya keadaan umat Islam saat ini, maka keadaannya amatlah jauh dari harapan. Umat yang semestinya hidup sejahtera di bumi yang kaya-raya ini, faktanya justeru hidup sengsara dalam kemiskinan dan kemelaratan. Keterbelakangan di bidang pengetahuan dan ekonomi dijumpai di berbagai tempat. Angka pengangguran terus meningkat. Beban hutang luar negeri makin menjerat, dan beban kos hidup pun terus meningkat. Inilah sekilas gambaran keadaan umat di dalam negeri.
Adapun keadaan umat Islam di luar negeri, keadaannya tidak jauh berbeda. Di berbagai negeri, umat Islam berada dalam keadaan tertindas dan terjajah. Tengoklah apa yang terjadi atas saudara kita yang ada di Palestin, Iraq, Afghanistan, Pattani, Australia, Perancis, Cina, Uzbekistan, dan sebagainya.
Semuanya ini terjadi karena umat Islam dalam keadaan yang sangat lemah. Kelemahan inilah yang dimanfaatkan oleh negara-negara Imperialis untuk menjajah kaum Muslim, baik secara langsung mahupun tidak.
Adapun kelemahan umat Islam itu sendiri pada dasarnya kerana lemahnya pemahaman mereka terhadap Islam.
Lemahnya pemahaman ini adalah kesan daripada lemahnya praktik penerapan Islam dalam kehidupan mereka. Ini dapat dilihat dari fakta kehidupan kaum Muslim saat ini. Mereka beribadah haji dengan aturan Islam, solat dengan aturan Islam, menikah dengan aturan Islam, tetapi mereka tidak mengelola sumber hasil buminya dengan aturan Islam, tidak mengatur ekonominya dengan aturan Islam, tidak mengatur sistem pertahanan dan keamanannya dengan aturan Islam, tidak menjalankan politik dalam dan luar negerinya dengan aturan Islam.
Inilah yang menjadi penyebab lemahnya umat Islam.
Jika umat Islam lemah, mereka hanya akan menjadi korban. Korban ketamakan dan kerakusan negara-negara Imperialis yang selalu ingin mencengkeramkan hegemoninya atas negeri-negeri Muslim.
Agar hal ini tidak terjadi, tentu umat Islam perlu kuat. Jika ingin kuat, umat Islam perlu hidup dengan Islam secara kaffah. Artinya, perlu menjadikan Islam sebagai acuan dalam mengatur seluruh aspek kehidupan mereka, baik dalam urusan peribadi, keluarga, masyarakat, mahupun negara.
Inilah kunci kejayaan umat dalam meraih kemuliaan. Kemuliaan di sisi Allah khususnya, dan di mata umat serta bangsa-bangsa lain pada umumnya.
Untuk meraih kemuliaan itu, tentu umat perlu berjuang. Untuk boleh berjuang, umat perlu siap berkorban. Sebab, tak pernah ada kemuliaan tanpa perjuangan, dan tak pernah ada perjuangan tanpa pengorbanan.
Jadi, sesungguhnya hanya ada dua pilihan bagi kita. Apakah kita mau berkorban untuk meraih kemuliaan, atau justeru akan menjadi korban, akibat kelemahan kita, kerana kita tidak mau berkorban.
Allahu Akbar 3x, Walillahilhamd
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ingatlah, bahawasanya Rasulullah Sallallahu ’alaihi wa sallam pernah bersabda:
"Sesungguhnya darah-darah kalian dan harta-harta kalian merupakan kemuliaan bagi kalian, sebagaimana kemuliaan hari kalian ini, di bulan dan di negeri kalian ini." (HR. Muslim dari Jâbir).
Sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam ini menjelaskan bahwa darah dan harta, termasuk kekayaan alam negeri-negeri Muslim, sesungguhnya merupakan kemuliaan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Kesemuanya wajib dijaga dan dipelihara untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat. Tidak dibenarkan pihak manapun untuk merampas kekayaan tersebut dan menodai kemuliaannya.
Jika hal ini terjadi, maka umat wajib mempertahankannya, meskipun perlu mengorbankan harta dan jiwa mereka sekalipun. Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda:
"Siapa saja yang dibunuh karena mempertahankan hartanya, maka dia (terbunuh) sebagai syahid." (HR. al-Bukhâri dari 'Abdullâh bin 'Amr).
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Demikianlah, tanpa pengorbanan, kemuliaan takkan pernah boleh diraih. Karena itu, jika umat ini benar-benar cinta kepada Allah dan mau mengambil teladan dari Nabi Ibrahim dan Ismail ‘Alaihi wa sallam, maka mereka perlu siap dan rela berkorban dalam menempuh perjuangan.
Adapun agenda perjuangan umat saat ini adalah:
Pertama, memantapkan aqidah dan keimanannya. Kedua, mengkaji dan memahami Islam secara kaffah. Ketiga, berperan aktif membangun kesadaran umat terhadap Islam secara kaffah. Keempat, memperjuangkan penerapan Islam secara kaffah tanpa kekerasan, sebagaimana metode dakwah Rasulullah Sallallahu ’alaihi wa sallam. Kelima, menyatukan seluruh kaum Muslim di seluruh dunia di bawah naungan Khilafah Rasyidah 'ala minhaj an-nubuwwah, sehingga bendera Rasulullah Lailaha Illa-Llah Muhammadurrasulullah berkibar kembali di muka bumi.
Jika semua agenda ini dapat terlaksana, insya Allah kemenangan dan kemulian akan bisa diraih oleh umat Islam. Ketika itu terjadi, umat benar-benar akan bertakbir dalam kemenangan, bukan dalam kekalahan, sebagaimana yang dikumandangkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam:
Allah Maha Besar, Tiada Dzat yang berhak disembah kecuali Allah, Dia benar-benar telah menepati janji-Nya (untuk memenangkan Islam dan ummatnya), menolong hamba-Nya serta memuliakan tentara-Nya, dan mengalahkan tentara-tentara pasukan sekutu (kafirin) dengan sendiri-Nya.
Allahu Akbar 3x, Walillahilhamd
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Akhirnya, kita berharap semoga para jama'ah haji berhasil meraih haji mabrur. Di tempat yang mustajab, mereka berdoa untuk dirinya, keluarganya, dan seluruh kaum Muslimin agar segera mendapatkan pertolongan Allah SUBHANAHU WA TA’ALA, dan dimenangkan atas musuh-musuh Allah dan musuh-musuh mereka.
Semoga para pemimpin mereka juga tersadar, baik pemimpin keluarga, masyarakat, organisasi, maupun negara, termasuk semua pemuka umat; bahwa mereka semua wajib berkorban untuk meraih kemuliaan Islam. Semoga kita dijadikan sebagai bagian dari barisan orang-orang yang rela memberi pengorbanan demi kecintaan dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dalam rangka menegakkan Islam secara kaffah, yang akan menjadi rahmat bagi seluruh alam
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon perlindungan kepada-Mu, memohon ampunan-Mu; sungguh kami tidak berani mengkufuri-Mu; kami benar-benar mengimani-Mu dan melepaskan diri dari siapapun yang durhaka kepada-Mu;
Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah, untuk-Mu kami solat dan sujud, kepada-Mu kami melangkah dan berlari; kami mengharapkan kasih sayang-Mu, dan kami takut terhadap azab-Mu; Sungguh, azab-Mu yang benar-benar dahsyat terhadap kaum Kafir itu pasti juga akan ditimpakan pada yang lain;
Ya Allah, azablah orang-orang Kafir yang menghalang-halangi jalan-Mu, mendustakan rasul-rasul-Mu;
Ya Allah, ampunilah orang-orang Mukmin (lelaki dan perempuan) juga orang-orang Muslim (lelaki dan perempuan).
Perbaikilah urusan mereka, satukan hati-hati mereka, serta jadikanlah iman dan hikmah dalam hati mereka. Terbarkanlah kepada mereka pemenuhan janji yang telah Engkau janjikan kepada mereka; menangkanlah mereka atas musuh-musuh-Mu dan musuh-musuh mereka. Duhai tuhan segala kebenaran, jadikanlah kami di antara mereka.
Wahai Rabb Yang mempunyai seluruh kerajaan, Engkaulah yang memberikan kerajaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki; Engkau cabut kerajaan dari siapa saja yang Engkau kehendaki; Engkau muliakan siapa saja yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan itu berada.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu, maka tunaikanlah ya Rabb, apa yang telah Engkau janjikan kepada orang-orang yang telah beriman dan beramal soleh bahawa Engkau sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Engkau telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Engkau akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Engkau redhai untuk mereka, dan Engkau benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Amin ya Mujîb[a] as-Sâ'ilîn