Hj. Anna Sophana, Bupati Indramayu Periode 2010-2018; Teladan dari Sang Nariswari
Hj Anna Sophana (Dok. Radar Cirebon) |
Oleh: DR. H. Masduki Duryat, M. Pd.I*)
Ketika sebelum menjadi Bupati, peran ibu Hj. Anna Sophana sangat penting dan berpengaruh bagi suaminya—waktu itu menjadi Bupati—dengan berbagai jabatan yang diembannya untuk menopang kesuksesan suami.
Hj. Anna Sophana, Sang Nariswari
Adlan Da’i (2009: 63) menyebutnya dengan Sang Nariswari—yakni perempuan belahan jiwa dalam konsep pasangan hidup masyarakat Jawa yang digambarkan oleh Arwan Tuti Artha sangat penting bagi sukses karier pasangan hidupnya—aktif di berbagai kegiatan organisasi yang secara langsung menjadi daya topang pilar-pilar kekuatan dan kekuasaan politik suaminya (Yance). Di sini pula semakin menegasikan bahwa jelas peran Sang Nariswari, menghadirkan semangat dan inspirasi. Ibarat membenarkan sebuah pepatah bahwa di belakang setiap kesuksesan seorang laki-laki, ada seorang perempuan. Sebagai Sang Nariswari peran Hj. Anna Sophana bagi suaminya (Yance) adalah sumber semangat, menghadirkan energy positif, dan inspirasi bagi daya bangkit inner powernya.
Dalam konteks ibu Hj. Anna Sophana pengaruhnya terhadap karir suami, paling tidak ada beberapa alasan; Pertama, posisinya sebagai Ketua Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) dan Pembina di Kelompok Pengajian al-Hidayah, dua sayap organic Partai Golkar yang menjadi bagian penting sukses Partai Golkar di Kabupaten Indramayu dalam memenangkan Pemilu 2004 dengan perolehan 20 (dua puluh) kursi dari total 45 (empat puluh lima) kursi legislative. Sementara pada Pemilu 2009 dengan perolehan 24 (dua puluh empat) kursi dari jumlah total 45 (empat puluh lima) kursi di legislative. Kedua, kiprahnya sebagai ketua TP-PKK dan berbagai organisasi semi-pemerintah lainnya—seperti di Dewan Kerajinan Daerah dan Gerakan Peduli Rakyat dan Keluarga Miskin (Gempur Gakin)—setidaknya memiliki double manfaat bagi suaminya (Yance ketika menjabat Bupati)—manfaat politik dan manfaat pragmatic.
Bagi Adlan Da’i (2009: 64) manfaat politik dapat dinarasikan bahwa dengan jabatan-jabatan semi-pemerintah yang disandang Sang Nariswari dapat dengan mudah membangun akses komunikasi politik hingga ke masyarakat akar rumput secara efektif. Artinya, di luar jalur politik formal Sang Nariswari dapat membangun ruang komunikasi politik baru yang jauh lebih efektif dan elegan daya ikatnya terhadap para calon pemilih (konstituen). Kemampuan komunikasi politik didukung pesona pribadi dan bahasa tubuh (body language) yang ramah semakin melengkapi dengan model komunikasi suaminya (Yance) yang lebih bercorak pesisir menjadi capital politik yang sangat berharga bagi suaminya.
Sedangkan manfaat pragmatiknya adalah bahwa perannya sebagai Ketua TP-PKK dan peran “supporting leader” dalam mendampingi suaminya sebagai bupati Indramayu, Sang Nariswari turut memberi bobot dan warna bagi sukses beberapa program peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Indramayu. Sebut saja misalnya program bedah rumah, peningkatan gizi masyarakat, peningkatan kualitas kesehatan lingkungan, penanggulangan gizi buruk, pemasyarakatan Pendidikan Anak Usia Dini dan lain-lain.
Sang Nariswari sebagai “supporting leader” kemudian mentransformasi diri menjadi “locomotif leader” di tahun 2010.
Hj. Anna Sophana sebagai Bupati
Ibu Hj. Anna Sophana diangkat menjadi bupati Indramayu pada tahun 2010. Berpasangan dengan H. Supendi berhasil memenangkan Pilkada Indramayu dengan perolehan suara 511.359 (60,78%), disusul pasangan Uryanto-Abbas Abdul Jalil sebanyak 124.328 (14,78%) dan di tempat ke tiga pasangan Gorri Sanuri-Ruslandi yang memperoleh suara 95.300 (11, 33%). Sedangkan pada posisi ke empat ditempati pasangan Toto-Sucartono-Kasan Basari dengan jumlah suara 47.530 (5,65%), disusul pasangan Api Karpi-Ruwita sebanyak 45.111 (%,36%) suara, dan di posisi terakhir pasangan Mulyono Martono-Handaru Wijayakusumah sebanyak 17.687 (2,10%) suara. (Anna Sophana-Wikipedia, id.wikipedia.org).
Pada sidang paripurna DPRD Kabupaten Indramayu 12 Desember 2010, Gubernur Jawa Barat Drs. H.M. Ahmad Heryawan melantik Anna Sophana dan Supendi menjadi bupati dan wakil bupati di Pendopo Indramayu. Hadir pada pelantikan tersebut Ketua Umum DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie, Menko Kesra Agung Laksono, Kepala Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (BKPP) wilayah III Jawa Barat, Drs. H. Ano Sutrisno, M.M., bupati dan walikota se-wilayah III Cirebon.
Kemudian pada 2016 ibu Hj. Anna Sophana juga berpasangan dengan H. Supendi kembali terpilih menjadi bupati dan wakil bupati Indramayu untuk periode 2016-2021. Beliau dilantik oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan atas nama Menteri Dalam Negeri di Gedung Merdeka Bandung.
Pasangan Anna Sophana-Supendi pada periode ke dua ini dinyatakan sebagai pemenang dalam Pilkada serentak pada 9 Desember 2015 (republika.co.id).
Penetapan pasangan calon ini dituangkan dalam Keputusan KPU No. 02/Kpts/KPU-Kab/Im.001.329110/I/2016 tentang penetapan pasangan calon bupati dan wakil bupati terpilih pada Pilbup Indramayu 2016. (jabar.kpu.go.id). Pada rapat penetapan ini juga diundang Paslon dan tim ANDI (Anna Sophana-Supendi) dan lawannya, paslon Toto Sucartono-H. Rasta Wiguna (TORA) dan unsur terkait lainnya.
Banyak torehan prestasi yang sudah diraihnya selama memimpin Indramayu pada masa kepemimpinannya—tentu di samping segala kekurangannya—misalnya penghargaan Piala Adipura Adipura kategori kota kecil, prestasi tingkat nasional dan bahkan tingkat internasional, seperti juara I NPCI Asian Para Games Cabang Olah Raga Cacat NPCI tahun 2011 atas nama Tamin, Imam Masduki Ilman, Aminah dan Fujiono, juara I Cabang Olah Raga Kempo pada Sea Games XXVI tahun 2011 atas nama Ferdi Firmanda Surya, juara I Cabang Olah Raga Kempo pada Sea Games XXVI tahun 2011 atas nama Jane Mataliti, juara I Cabang Olah Raga Catur pada Sea Games XXVI tahun 2011 atas nama GM. Susanto Megaranto, juara II Cabang Olah Raga Sepaktakraw pada Sea Games XXVI tahun 2011 atas nama Lena Leni.
Penghargaan juga banyak diraih pada masa pemerintahannya, misalnya penghargaan Adipura kategori Kota Kecil, penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri, Tanda kehormatan Bakti Koperasi, Penghargaan Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Satya Lencana Pembangunan Koperasi Tingkat Nasional, Juara II Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional, Penghargaan Kualifikasi Bintang Satu Penyelenggara Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang Penanaman Modal, Penghargaan Pemimpin yang Transfaran dalam Pengangkatan Kepala Sekolah dan sederet penghargaan lainnya.
Hj. Anna Sophana, Mundur dari Jabatannya
Tetapi di tengah giat membangun dan mengabdi sebelum masa jabatannya habis di tahun 2020, ibu Hj. Anna Sophana menyatakan mundur dari jabatannya sebagai bupati Indramayu. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (Alasan Bupati Indramayu Mundur dari Jabatannya, dalam compass.com) ketika menerima surat pengunduran diri Bupati Indramayu mengungkapkan alasannya lebih bersifat pribadi dengan alasan keluarga bukan kedinasan. Lebih spesifik ibu Hj. Anna Sophana ketika menghadap Menteri Dalam Negeri di Jakarta (Ngotot Mundur, Ini Curhat Bupati Indramayu yang Bikin Baper, liputan6.com) menyatakan bahwa pengunduran dirinya dari jabatan Bupati bukan karena alasan tersangkut masalah hukum atau sakit, atau alasan lain yang diperbolehkan oleh regulasi, tetapi beralasan ingin mencurahkan waktunya mengurus ayah maupun suami yang sakit. Ibu Hj. Anna Sophana juga pada kesempatan yang sama meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indramayu, terutama para pendukungnya. “Bapak saya sakit, bapak sangat butuh perhatian saya”. Bahkan ibu Hj. Anna Sophana juga menguatkan, “Saat menjabat bupati periode pertama, ibu saya sakit, hingga kemudian meninggal dunia. Saat itu saya memiliki penyesalan yang mendalam. Kini ketika ayah saya sakit, saya tidak ingin penyesalan itu datang kembali sehingga saya berniat mengurus ayah dan mundur dari jabatan Bupati. Saya takut kehilangan ayah seperti ketika ibu meninggal dulu”. Demikian ungkapan ibu Hj. Anna Sophana ketika mengajukan alasan pengunduran dirinya dari jabatan Bupati.
Adlan Da’i dalam tulisannya tentang “Ada Apa dengan Bupati Indramayu?” (qarao.com) ketika langkah politik Hj. Anna Sophana mundur dari jabatannya sebagai bupati Indramayu, dua tahun lebih awal. Banyak tafsir politik yang mengitarinya. Menurutnya dengan meminjam konstruksi dan pandangan politik Lord Action, sangat sulit memahami fenomena mundurnya Hj. Anna Sophana sebagai Bupati Indramayu. Adagium politiknya yang sangat popular, “Power trent to corrupt, but absolutr power, corrupt absolutely”, yakni makin kuat kekuasaan seseorang, makin absolut kewenangannya. Makin absolut kewenangannya, makin potensial kecenderungan tindakan dan perilaku politik koruptifnya.
Pandangan politik di atas dalam konteks mundurnya Hj. Anna Sophana dari jabatannya sebagai Bupati Indramayu, menjadi “terbantahkan” dan kehilangan rasionalitas politiknya justru karena ibu Anna mundur saat dukungan politiknya—baik di level suprastruktur politik maupun infrastruktur politiknya—sangat kuat dan membumi. Karena itu mundurnya Hj. Anna Sophana tidak bisa dibaca secara sederha, misalnya karena ‘deal politik” dengan pihak lain. Dari sisi pelajaran politik, mundurnya Hj. Anna adalah “legacy”, sebuah teladan bahwa jabatan politik bisa datang dan pergi dengan cara yang beragam dan melepaskannya tidak mudah dari jebakan-jebakan kemewahan politik kekuasaan yang full power. Sehingga tidak jarang membuat terlena dengan kecenderungan perilaku-perilaku politik yang berpotensi koruptif dan acapkali berujung pada ditangkapnya banyak bupati dan pejabat-pejabat Negara lain yang “abuse of power” dalam melaksanakan amanah jabatannya.
*)Penulis adalah Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Tinggal di Wirapanjunan Kandanghaur Indramayu