Kematian Ashraf Sinclair dan Efek Dominonya
Ashraf dan BCL (Dok. Sindonews.com) |
Oleh: DR. H. MASDUKI DURYAT, M. Pd.I*)
Dunia entertain dihentakkan dengan berita duka meninggalnya Ashraf Sinclair—suami dari Bunga Citra Lestari—yang secara mendadak di usia 40 tahun, masih muda. Usia yang sedang produktif dan menapaki kemapanan karir. Ashraf yang juga seorang actor bernama asli Ashraf Mohammad Sinclair lahir 18 September 1979 di Croydon, Britania Raya, ia terkenal dalam perannya sebagai Eddy dalam film Gol & Gincu. Lahir dari ayah berdarah Inggris dan ibu berdarah Melayu.
Ada yang mensinyalir penyebab meninggalnya Ashraf adalah serangan jantung, sempat juga berhembus kabar karena GERD yang menyebabkan fungsi jantungnya berhenti.
Kabar duka ini tentu mengagetkan banyak pihak, mengingat Ashraf masih relative muda. Ashraf disebut-sebut tidak memiliki riwayat penyakit jantung bahkan terlihat memiliki badan yang sehat dan bugar.
Kalau sinyalemen itu benar, akibat penyakit jantung kematiannya. Apa yang terjadi pada Ashraf menunjukkan penyakit jantung yang biasanya disebut penyakit orang tua tidak sepenuhnya benar. American Heart Association, berdasarkan penelitian baru yang dipublikasikan di AHA Jiournal Circulation, penyakit ini semakin banyak ditemui pada kaum muda—khususnya perempuan—dan cenderung semakin meningkat. Survei Sample Registration System (SRS) pada 2014 di Indonesia menunjukkan penyakit jantung coroner (PJK) menjadi kematian tertinggi pada semua umur setelah stroke.
Kematian Mendadak di Usia Muda
Kematian yang tidak terduga tanpa trauma sebelumnya dan terjadi 1 jam setelah timbulnya gejala. Hal ini sering ditemukan pada usia 30-40 tahun. Penyebabnya—seperti data yang ada di RS Jantung Harapan Kita 75% penyakit jantung coroner, 15% kardiomyopati, 2% kelainan irama jantung, 5% jantung penyakit katup dan 3% jantung lainnya. Hal ini disebabkan akibat gangguan fungsi listrik jantung, bilik jantung bergetar sangat cepat sehingga jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke otak, paru-paru dan organ lainnya. Jika tidak ditangani segera , kematian dapat terjadi dalam waktu beberapa menit.
Menurut catatan Ade Priyanto, menyangkut sindrom coroner akut, ia menjelaskan bahwa sindrom akut ini timbul dan merupakan komplikasi pada penyakit jantung coroner. Ada sekitar 36 juta penduduk atau sekitar 18% total penduduk Indonesia, 80% di antaranya meninggal secara mendadak setiap tahunnya dan 50% tidak menunjukkan gejala penyakit jantung. Sindrom coroner akut merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering menyebabkan kematian, dengan salah satu ciri khasnya adalah nyeri dada.
Pertanyaannya apakah saya beresiko? Ada beberapa kemungkinan; Pertama, riwayat keluarga dengan penyakit jantung; Kedua, gaya hidup (merokok, obesitas, kurang olah raga, diet tinggi, kolesterol, dan konsumsi alcohol); Ketiga, penyakit yang diderita (hipertensi, kencing manis, kolesterol tinggi dan riwayat penyakit jantung); Keempat, nyeri dada/sulit bernafas (nyeri dada berulang-ulang dan sulit bernafas yang terjadi setelah latihan fisik).
Ketika menemukan seseorang dengan serangan jantung mendadak, maka yang harus kita lakukan adalah—yang esensial prosedur bantuan hidup dasar—dengan cara menghubungi rumah sakit, dan pijat jantung. Tetapi ada hal yang jauh lebih penting dari itu semua yaitu cara mencegah penyakit jantung, dengan pola; Pertama, perbaiki pola hidup (atur pola makan, aktivitas fisik dan hindari stress); Kedua, deteksi dini kelainan jantung dan pembuluh darah).
Histeria Ibu-Ibu dan Efek Dominonya
Kepergian Ashraf Sinclair untuk selamanya meninggalkan istri dan anak tercintanya yang mendadak, tidak hanya menjadi duka yang mendalam dan pukulan yang berat bagi orang-orang tercintanya. Tetapi juga dirasakan oleh penggemar dan ibu-ibu yang hysteria dan menangis mendengar berita duka kepergian actor ganteng ini untuk selamanya kembali kepada sang pemilik sejati Allah SWT., innaalillahi wa innaa ilaihi rajiuun. Apalagi disinyalir kepergian Ashraf Sinclair terbilang sangat cepat dan mendadak tanpa ada riwayat penyakit apapun. Suami Bunga Citra Lestari ini meninggal dunia pada Selasa, 18 Pebruari 2020, walau berdasarkan manajernya Ashraf meninggal karena serangan jantung dan meninggal sekitar pukul 04.51. WIB.
Fenomena kematian mendadak ini nyaris seperti dialami artis yang juga anggota DPR RI, Aji Massaid yang cukup menggemparkan. Banyak ibu-ibu yang menangis mendengar berita meninggalnya Ashraf, yang menarik ada status di Medsos ditulis dengan nada menyindir, “Suami orang lain yang meninggal dunia ditangisi sementara suami sendiri di rumah dimarahi terus”.
Bahkan ada juga yang membuat status dengan dengan nada humor, “Menurut hitungan 29 Juni 2020 tepat habisnya masa iddah Bunga Citra Lestari (BCL).
Hal ini menunjukkan betapa seorang Ashraf dan Bunga Citra Lestari menjadi tokoh figure yang dikenal oleh khalayak, dan masih diperbincangkan di Media Sosial keberadaan dan berita tentangnya.
Tapi dari sisi medis, di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta orang-orang sedemikian phobia terhadap penyakit jantung ini. Sehingga ada lonjakan yang signifikan mereka yang terindikasi penyakit ini untuk control dan pasang ring jantung. Untuk hari ini saja UGD Rumah Sakit Jantung Harapan Kita pasiennya meluber dan sehari ada sekitar 46 pasien yang ditangani dari seluruh tindakan yang dilakukan termasuk diagnostic dan kateterisasi. Sekedar perbandingan, data pasien tindakan instalasi DI dan INB RS Jantung harapan Kita Jakarta pada tahun 2017 total tindakan ada sekotar 9000 lebih, diagnostic hampir 5000, intervensi PCI 4000 lebih dan PCI di bawah 1000. Sedangkan data tahun 2018 total tindakan juga ada sekitar 9000, diagnostic di bawah 5000, dan intervensi PCI di atas 4000.
Kematian; Hal yang Pasti
Penyakit jantung dan lainnya adalah wasilah saja untuk menjemput kematian, karena banyak juga yang meninggal tanpa disebabkan karena sakit. Kematian adalah konsekuensi logis dari “kullu nafsin dzaiqat al-maut”, karena kita bernyawa, dalam bahasa Ariel Noah dalam syair lagunya , “Tak ada yang abadi”. Kata Nabi Isa, “Kematian itu ibarat pintu, siapapun akan memasukinya”. Tidak ada yang hidup selamanya, seperti diilustrasikan oleh Chairil Anwar “Aku ingin hidup seribu tahun lagi”, yang dalam al-Quran disebutnya dengan “Ya waddu ahadukum law yuammaru alfa sanatin”.
Kematian adalah sebuah misteri yang siapapun tidak tahu, kapan dan di mana akan di kuburkan, Allah yang memiliki hak prerogratif. Di akhir ayat surat Lukman disebutkan ada lima hak istimewa Tuhan yang tidak bisa diintervensi manusia; Pertama, masalah kiamat; Kedua, persoalan hujan; Ketiga, apa yang ada dalam Rahim perempuan; Keempat, apa yang terjadi di esok hari dan Kelima, di bumi mana kita akan dikuburkan. (Innallaha indahu ilmus sa’ah wayunazzilul ghaitsa wa ya’lamu ma fil arham wama tadri nafsun madza taksibu gada wa tadri nafsu bi ayyi ardhin tamutu innallaha ‘alimun khabir)
Karena kematian adalah sebuah kepastian, maka pertanyaan tentang kapan kita akan meninggal adalah sesuatu yang tidak penting. Sebaliknya yang harus kita pertanyakan adalah, “Siapkah kita menghadapi kematian itu?”. Menghadapi kehidupan sesudah kematian yang abadi, yang secara logika juga sangat rasional semua akan dimintai pertanggungjawabannya.
Kita pasti pulang, yang oleh Nurchalish Madjid dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan go home, bukan go house dan pulang yang sejatinya adalah ketika kita innaa lillahi wa innaa ilahi raajiun, kembali kepada sang pemilik sejati, Allah SWT. Kita adalah milik Allah, dan kepemilikan itu sewaktu-waktu akan diambilnya. Ashraf bukan milik sejati Bunga Citra Lestari—apalagi fansnya—tetapi milik Allah, demikian juga kita. Kembalilah kepada Allah dengan khusnul khatimah dengan atribut amal yang bisa dibanggakan di hadapanNya.
Wallahu a’lam bi al-shawab
*)Penulis adalah Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon, tinggal di Kandanghaur Indramayu